PANEN RAYA JAGUNG HIBRIDA DI KECAMATAN GUNUNGKENCANA KABUPATEN LEBAK

Gbr 1. Panen raya Jagung Hibrida

Bupati Lebak pada Senin (26/2/2019) menghadiri Panen Raya panen Jagung Hibrida di Kecamatan Gunungkencana tepatnya di areal lahan seluas 200 hektar di perbatasan Desa Bulakan dan Gunungkendeng. Total Luas tanaman jagung yang akan dipanen secara bertahap seluas 1.025 hektar di 4 desa yaitu desa Bulakan seluas 600 hektar, Gunungkendeng seluas 200 hektar , Tanjungsari Indah seluas 65 hektar dan Kramatjaya seluas 135 hektar.

Lokasi panen raya jagung hibrida ini adalah lokasi kegiatan pilot project pengembangan jagung hibrida berbasis koorporasi petani dari kementerian pertanian seluas 1.000 hektar.

Kementerian Pertanian terus mendorong korporasi petani untuk bekerja sama dengan produsen pakan ternak dalam menyerap hasil panen jagung petani. Salah satunya melalui program Pilot Project Pengembangan Kawasan Jagung Berbasis Korporasi Petani yang dilakukan di Lebak, Banten.

Dalam acara Gerakan Panen Jagung Hibrida di lokasi Pilot Project Pengembangan Kawasan Jagung Berbasis Korporasi Petani di Kecamatan Gunung Kencana, Kabupaten Lebak, Banten itu, hadir Bupati Lebak Hj. Iti Octavia jayabaya, SE, MM, dan Direktur Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita. Selain itu juga hadir sejumlah tamu undangan lainnya sebagai bentuk dukungan terhadap upaya peningkatan produksi jagung di Kabupaten Lebak diantaranya Danrem 064/MY, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Dandim 0603/Lbk, para Kepala SKPD se-Kabupaten Lebak, para Camat se- Kabupaten Lebak.

Bupati Lebak dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Pusat atas dukungan nya kepada Kabupaten Lebak dengan ditetapkannya Kabupaten Lebak sebagai lokasi Pilot Project Pengembangan Kawasan Jagung berbasis Korporasi Petani selama 2 tahun yaitu 2018 – 2019.

Bupati Lebak juga menyampaikan perkembangan produksi jagung di Kabupaten Lebak yang menunjukan perkembangan yang cukup menggembirakan. Produksi jagung pipilan kering di kabupaten lebak sebelum tahun 2017 rata – rata hanya sekitar 1.300 ton per tahun dengan produktivitas 2,8 ton pipilan kering, akan tetapi pada tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 12.227 ton pipilan kering. Dan pada tahun 2018 produksi 27.088 ton jagung pipilan kering. Dan diprediksi pada tahun 2019 ini masih akan meningkat lagi mengingat adanya dukungan dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi banten. Bupati Lebak juga menyampaikan kepada para pengusaha jagung yang membeli dari petani di Kabupaten Lebak untuk membeli dengan harga yang terbaik khususnya kepada PT. Charoen Pokphand Indonesia sehingga para petani semakin semangat menanam jagung.

Bupati Lebak menegaskan pengembangan jagung berbasis korporasi merupakan upaya meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan pendapatan ekonomi yang pada akhirnya bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Kebijakan ini menurutnya sangat sinergi dengan program Lebak Sejahtera yang sedang digulirkan.
“Kami menyambut positif pengembangan jagung berbasis korporasi dari bantuan Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian Provinsi Banten,” ungkapnya.

Gubernur banten yang diwakili oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten H. Ir. Agus M. Tauchid, M.Si menyampaikan kebutuhan jagung tahun 2017 untuk pemenuhan pabrik pakan ternak secara nasional sebesar 7.697.749 ton (tujuh juta enam ratus sembilan puluh tujuh ribu tujuh ratus empat puluh sembilan ton), sementara kebutuhan pabrik pakan di provinsi banten yaitu sebesar 1.662.508 ton (satu juta enam ratus enam puluh dua ribu lima ratus delapan ton) atau 21,64 % dari total penyerapan jagung  nasional, 138.542 ton   (seratus tiga puluh delapan ribu lima ratus empat puluh dua ton) per bulan atau 4.555 ton (empat ribu lima ratus lima puluh lima ton) per hari.

Pengembangan jagung berbasis korporasi merupakan pola kerjasama/ kemitraan antar seluruh stakeholder yang menangani jagung sehingga diharapkan pertumbuhan dan perkembangan program dapat terlaksana dengan baik.

Kegiatan pengembangan jagung berbasis korporasi dilaksanakan agar percepatan pengembangan kawasan dilakukan melalui kegiatan percontohan salah satunya adalah di kabupaten lebak dengan mempertimbangkan  potensi  lahan dan kelembagaan petani dalam hal ini lembaga masyarakat desa hutan (lmdh) dan kelompok tani. Dimana dengan  kelembagaan ekonomi petani yang kuat untuk mengelola bisnis usahatani secara berkelanjutan akan dapat meningkatkan kualitas produksi.

Pertumbuhan produksi jagung provinsi banten meningkat sebesar 231,49 persen dari 63,52 ribu ton (angka tetap 2017) menjadi 210,56 ribu ton (angka aram ii/2018)   dengan hasil per hektar yang sudah di atas 5 ton per hektar. Target provinsi banten dalam mengembangkan jagung hibrida tahun  2019 adalah seluas 44.000 hektar.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) I Ketut Diarmita dalam sambutannya ketika mewakili Menteri Pertanian mengatakan kegiatan panen raya jagung hibrida ini bertujuan membangkitkan semangat petani guna mendukung swasembada jagung nasional. Selain itu, juga menyukseskan kegiatan Pilot Project Pengembangan Kawasan Jagung Berbasis Korporasi Petani yang dilaksanakan selama 2 tahun sejak tahun 2018 hingga tahun 2019.

“Melalui pilot project ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas yang semula rata-rata hanya 3 ton/ha menjadi minimal 7-8 ton/ha. Selain itu juga untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing wilayah, serta memperkuat sistem usaha tani secara utuh dalam satu manajemen kawasan,” ujar Ketut.

“Pilot project ini tentunya juga akan memperkuat kelembagaan petani dalam mengakses informasi, teknologi, prasarana dan sarana publik, permodalan serta pengolahan dan pemasaran,” tambahnya.

Lebih lanjut, Ketut mengatakan dalam pakan unggas, jagung merupakan komponen penting karena berkontribusi sekitar 40-50% dalam formulasi pakan. Menurutnya, berdasarkan data prognosa jagung tahun 2018 Badan Ketahanan Pangan, total penggunaan jagung di Indonesia sebesar 15,58 juta ton dan sekitar 66,1% atau sekitar 10,3 juta ton untuk memenuhi kebutuhan industri pakan dan peternak mandiri.
Menurut Ketut, di tahun 2019 industri pakan memerlukan 8,59 juta ton dan peternak mandiri 2,9 juta ton. Hal ini dapat menjadi pendorong bagi berkembangnya agribisnis jagung di Indonesia untuk peningkatan produksi dan kesejahteraan petani. Sekaligus sebagai motor penggerak pembangunan di pedesaan.

Dengan adanya Pilot Project Kabupaten Lebak ini, Ketut berharap, para petani dapat menyuplai kebutuhan jagung bagi produsen pakan dan peternak. Tidak hanya yang berada di wilayah Lebak, tapi juga kabupaten sekitarnya.

Ketut mencatat di Provinsi Banten, setidaknya ada 16 perusahaan yang bergerak di industri pakan ternak. Melalui pengembangan kawasan jagung berbasis korporasi ini, Ketut berharap ada kerja sama yang kuat antara kelompok tani maupun Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang berbudidaya jagung dengan Perum BULOG dan industri pakan. Hal itu dilakukan untuk menjaga stabilitas harga jagung, agar minat petani untuk terus berbudidaya jagung terus terpelihara dalam rangka mendukung ketahanan pangan Indonesia.

“Kita ingin petani jagung untung dan peternak juga untung,” ujar Ketut.

Ketut menambahkan, dasar aturan yang digunakan sebagai pedoman harga jagung adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018 Tentang Harga Acuan Pembelian di tingkat petani dan harga acuan penjualan di tingkat konsumen. Dalam Permendag ini harga pembelian jagung di tingkat petani dengan kadar air 15% sebesar Rp 3.150/kg, dan harga acuan penjualan di industri pengguna (sebagai pakan ternak) Rp 4 ribu/kg.

“Peran Perum BULOG di sini sangat strategis dalam menjaga harga jagung pada saat panen raya seperti ini,” ungkap Ketut.

Ketut juga mengungkapkan, meskipun kebutuhan jagung untuk industri pakan dan peternakan sangat besar, masih terdapat dua masalah pokok, yakni fluktuasi produksi dan pergeseran sentra produksi jagung.

Dari total produksi jagung selama setahun, sekitar 75% total produksi tersebut terjadi pada bulan Januari-Agustus, sedangkan kebutuhan industri pakan dan peternak mandiri relatif konstan sepanjang tahun. Fluktuasi produksi dalam setahun ini akan menimbulkan peluang terjadinya guncangan terhadap harga jagung domestik.

Sentra produksi jagung pun mengalami pergeseran, dari awalnya hanya di daerah Jawa, kini mulai ke wilayah Sumatera dan wilayah Timur Indonesia seperti Sulawesi, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Sementara itu sentra pabrik pakan masih terpusat di 2 pulau besar yaitu Jawa dan Sumatera.

Menurut Ketut, solusi untuk kedua masalah utama, yaitu dengan membangun sistem logistik jagung yang terintegrasi dari wilayah sentra produksi hingga ke sentra konsumsi.

Sistem logistik jagung yang terintegrasi mencakup proses perencanaan produksi, implementasi produksi serta pengendalian jagung secara efektif dan efisien termasuk jasa transportasi, penyimpanan dan sistem informasi pendukung (data produksi, konsumsi, harga) dari daerah asal produksi menuju titik konsumsi, jelasnya.
Terkait membangun manajemen logistik jagung yang terintegrasi, Ketut memandang peran Perum BULOG sangat strategis dan berharap Perum BULOG dapat menjembatani kepentingan petani sebagai produsen serta kepentingan peternak dan industri pakan sebagai pihak konsumen.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Dede Supriatna menyebutkan panen dilaksanakan di 4 desa dengan total luas seribu hektare yaitu Desa Bulakan seluas 600 hektare (Lembaga Masyarakat Desa Hutan/LMDH Giri Mukti dan Kelompok Tani Mekar Jaya), Desa Gunungkendeng 200 hektare (LMDH Wanatani Gerlap), Desa Tanjungsari Indah 65 hektare (LMDH Wana Mekar Sari), dan Desa Kramatjaya 135 hektare (LMDH Mukti Jaya).

Sementara itu, perwakilan dari pelaksana kegiatan Pilot Project Pengembangan Jagung berbasis Korporasi Petani, H. Wawan ketua LMDH Giri Mukti menyampaikan sudah berhasil mengirim jagung ke PT. Charoen Pokphand Indonesia sebanyak 130 ton. Akan tetapi harga jagung pipil semakin turun. Oleh karena itu H. wawan meminta bantuan Pemerintah baik pemeintah Pusat, Pemerintah provinsi Banten dan khususnya Pemerintah Kabupaten Lebak untuk menopang harga jagung agar tidak terus turun. H. wawan menegaskan, meski harga jagung pipil terus turun akan tetapi petani akan tetap menanam jagung kembali setelah panen jagung pada kali ini (DEI).

author
No Response

Leave a reply "PANEN RAYA JAGUNG HIBRIDA DI KECAMATAN GUNUNGKENCANA KABUPATEN LEBAK"